Halaman

Andika Wiranata

Rabu, 18 Juli 2012

Contoh Artikel

Opera Batak

Oleh : Andika Wiranata

Indonesia adalah negeri dengan segudang seni dan kebudayaan yang khas dan menarik. Seni dan kebudayaannya sangat beragam, dan unik mulai dari tarian, lagu-lagu daerah, adat istiadat, teater-teater atau drama-drama tradisional, dsb. Salah satu kesenian yang ada di Indonesia adalah pertunjukan drama tradisional semacam opera. Seperti kita kenal di daerah jawa, ada ludruk, ketoprak, pementasan wayang orang, lenong betawi, dsb. Namun, tidak hanya di daerah jawa, di sumatra pun ada pertunjukan semacam itu, tepatnya di Sumatra Utara, orang di daerah sana mengenal dengan sebutan “Opera Batak”. 

Opera batak mungkin agak sedikit asing apabila di telinga orang awam. Iya, ini adalah sebuah genre teater Batak populer, yang dikembangkan dari sekitar 1925 dan seterusnya, yang terinspirasi oleh kelompok-kelompok teater Melayu dan dipopulerkan berkeliling di daerah Sumatera. Opera batak seperti jenis-jenis pementasan drama tradisional lainnya, banyak sekali diselingi oleh humor-humor segar yang menggelitik.

Jenis kesenian teater rakyat ini ternyata sempat merajai dunia hiburan di Sumatera Utara. Hingga dekade 1980-an, opera batak merupakan tontonan menarik meski diadakan di lapangan terbuka. Musik pengiringnya uning-uningan atau seperangkat alat musik tradisional batak yang terdiri dari serunai, kecapi, seruling, garantung, odap dan hesek. Panggungnya sederhana namun cukup unik. Bentuknya menyerupai rumah adat Batak dan diberi hiasan gorga (ukiran khas batak) serta nama operanya.
Opera batak ini  di Pulau Jawa mirip ludruk atau wayang wong (wayang orang), opera Batak biasanya berkeliling dari desa ke desa. Sasarannya tentu desa yang baru selesai panen dengan tujuan agar peluang menyedot penonton lebih terbuka. Mengingat dunia hiburan jaman dulu terbilang langka tidak heran bila kehadiran opera selalu ditunggu-tunggu masyarakat.
Namun, di tahun 1988 beberapa kelompok opera batak sedikit demi sedikit menghilang dari peredaran. Ada semacam peralihan dunia hiburan semenjak televisi sudah mulai masuk ke pelosok-pelosok daerah. Lalu masyarakat kurang lagi tertarik oleh pementasan-pementasan semacam ini dan mulai meninggalkannya.
Melihat kondisi ini, Mauly Purba terpanggil untuk membangkitkan kembali Opera Batak dengan berupaya melakukan revitalisasi. Berbagai upaya dia lakukan untuk menghidupkan kembali pertunjukan asal Desa Situmeang, Kabupaten Tapanuli Utara (Taput) itu. Hingga kemudian dia didaulat mendapatkan gelar Ompu Pande Panggual Tuan Naboro Namangunghal Opera Batak. 
Ketika itu dia bersama maestro sekaligus pemain opera batak, Marsius Sitohang dan Thompson HS berupaya mewujudkan program revitalisasi opera batak dengan mendirikan pusat latihan, di Tarutung, Taput. Beruntung, pendirian pusat latihan ini didukung oleh Bupati Taput RE Nainggolan.
Dari hasil pusat latihan itu berdiri sebuah grup percontohan opera batak bernama Grup Opera Silindung (GOS). Grup ini pernah pentas keliling di Sumut dan Jakarta
bahkan, sampai ke Melbourne, Australia.
Revilitasi ini terus dilakukan guna melestarikan kebudayaan asli daerah dan Indonesia pada umumnya. Mereka menggelar petunjukan di Taman Ismail Marzuki dan di berbagai kampus-kampus di Indonesia. Upaya ini akan terus dilakukan tanpa kenal lelah, dan ternyata yang terlibat dalam opera tersebut tidak hanya orang batak saja, orang jawa, sunda, dan suku lainnya juga ikut terlibat dalam pelestarian opera batak ini.
Pada bulan April tepatnya tanggal 2 April, opera batak di bawah asuhan sutradara Thomson HS ini melakukan pementasan opera batak di Universitas Indonesia. Pertunjukan dimulai pada pukul 13.00 WIB, dibuka dengan sajian presentasi berupa tayangan-tayangan orang-orang yang pernah berkecimpung atau bahkan masih berkecimpung di dunia opera batak ini.
Opera batak kali ini berjudul “Mencari Si Jonaha”, berlangsung sangat seru, petunjukan ini disaksikan tidak hanya dari mahasiswa Universitas Indonesia saja yang hadir namun, juga dari mahasiswa lain seperti, UNJ, dan para pemerhati budaya, juga tentunya orang-orang dari suku batak yang masih menggemarinya.
Opera ini bercerita tentang Jonaha yang bisa memainkan hosabi, dan seketika dia memainkan ladang pun menjadi bersih. Jonaha pergi meninggalkan ibunya dan sudah bertahun-tahun tidak pulang menemui ibunya. Jonaha yang sebenarnya bernama Jinaka (bahasa batak karo)  mengubah namanya menjadi Jonaha (bahasa batak simalungu).
Hingga bertahun-tahun lamanya, banyak orang yang mengangggap bahwa Jonaha telah meninggal. Namun, Ibu Jonaha tidak percaya dengan kabar yang tidak jelas itu. Ibu Jonaha berusaha untuk mencari Jonaha, sampai suatu ketika  Ibu Jonaha bertemu dengan dua orang pemuda yang bersedia untuk membantu mencari Jonaha. Kedua pemuda itu mendengarkan ciri-ciri Jonaha dari sang ibu tersebut, tapi sebelum mereka berangkat mereka meminta imbalan berupa makanan sebagai upah mereka mencari Jonaha.
Mereka pergi ke Samosir, Samanirdo, mereka mendayung melewati Danau Toba dengan perahu curian yang mereka temukan sebelum mereka berangkat. Sesampainya disana, mereka menenggelamkan perahu tersebut untuk menghikangkan jejak mereka. Setelah sampai, mereka beristirahat di warung kopi. Mereka bertemu dengan pemilik kedai kopi tersebut yang ternyata mengetahui tentang tindak-tanduk seorang Jonaha, diceritakan oleh pemilik kedai bahwa Jonaha banyak melakukan penipuan di Pulau Samosir .
   Setelah itu kedua pemuda tersebut pergi ke barat, melanjutkan perjalanan mencari Jonaha. Mereka bertemu inang dalam perjalanan itu, dan memberi tahu bahwa  Jonaha berada di Tanah Karo. Kedua pemuda tersebut tidak melanjutkan perjalanan tapi, kembali ke tempat Ibu Jonaha untuk mengabarkan hasil pencarian mereka selama ini. Setelah itu, Ibu Jonaha bersedia memberikan semua hartanya kepada kedua pemuda tersebut asal mereka bisa menemukan kembali si Jonaha. Bergegaslah kedua pemuda itu ke Pak-Pak untuk menemukan Jonaha. Sesampainya disana mereka bertemu dengan seorang kakek yang memberi petunjuk dimana Jonaha berada, dan akhirnya mereka pun bertemu dengan Jonaha.
Petunjukan ini sangat menghibur, karena tidak hanya menampilkan opera semata, tapi diselingi oleh beberapa tarian juga humor-humor segar. Pertunjukan pun ditutup dengan tarian khas dari daerah Sumatra Utara. Pertunjukan Opera Batak ini memberi kita banyak sekali pengetahuan tentang budaya batak, yang sebelumnya kita sangat awam. Sebutan untuk memnggil orang, tarian, perbedaan diantara bahasa-bahasa batak, dan lain-lain. Setelah itu pertunjukan diakhiri dengan sesi tanya jawab yang sangat ditanggapi dengan antusias oleh para penonton. Semoga kelestarian seni dan budaya Indonesia tetap terjaga dengan baik dan dapat menjadi tuan rumah di negerinya sendiri.   

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Terima Kasih..