Halaman

Andika Wiranata

Selasa, 17 Juli 2012

Pojok Esai 3

Kemacetan di Jakarta
Oleh : Andika Wiranata

Bingung dan galau, bagaimana kita sebagai warga DKI Jakarta, memberikan suatu solusi tentang hal yang tidak pernah usai di kota ini yaitu, kemacetan. Setiap hari jumlah kendaraan pribadi semakin meningkat dan tidak dapat terbendung. Mereka yang punya uang seakan ingin langsung membeli sebuah kendaraan pribadi entah dengan cara cash atau kredit, yang tanpa mereka sadari mereka menyumbang kemacetan di kota yang merupakan ibukota dari negara Indonesia.
Pemerintah DKI Jakarta sendiri sudah mencoba berbagai macam cara bagaimana mengurangi kemacetan lalu lintas yang terjadi di Jakarta. Mulai dari proyek jalan-jalan layang, lalu monorel yang gagal karena investor tidak mau lagi mengucurkan dananya lagi, proyek busway yang diadaptasi dari kota Bogota, Kolombia, serta waterway yang tidak jelas kelanjutannya. Memang semua tidak gagal total, contohnya busway yang sampai sekarang terus diperbaiki layanannya, dan diharapakan mampu mengurangi kemacetan seperti di negara asalnya, Kolombia.
Tidak hanya dalam hal transportasi massal, Pemda DKI Jakarta juga, melakukan program three in one, yaitu mengharuskan kendaraan bermotor yaitu, mobil untuk minimal berpenumpang tiga orang bila ingin melintasi jalan-jalan besar di DKI Jakarta. Three in one ini berlaku pada jam-jam tertentu. Program ini dinilai tidak efektif dan kurang berpengaruh untuk mengurangi kemacetan di Jakarta karena hanya mencakup jalan-jalan besar di daerah kota seperti Sudirman dan Thamrin. Dari program ini pun muncul orang-orang yang menawarkan jasa untuk naik ke mobil, agar jumlah penumpang dalam mobil sesuai dengan peraturan three in one, yaitu tiga orang. Orang-orang ini dikenal dengan sebutan jockey three in one. Kendaraan pribadi merupakan suatu momok yang menakutkan bagi jalan-jalan di ibukota.
Pemerintah selain mencoba jalur darat seperti transjakarta dan program three in one, pemerintah juga mencoba jalur angkutan sungai yang disebut waterway. Proyek ini sampai saat ini, saya belum tau apakah masih berjalan atau tidak. Hal yang menyebabkan waterway ini tidak begitu lancar pengoperasiannya adalah karena kondisi sungai yang ada di Jakarta yang dipenuhi sampah, sehingga kadang laju boat atau perahu sering terhambat oleh banyaknya sampah, sehingga ketika perahu waterway jalan, petugas yang ada di perahu sambil menyingkirkan sampah-sampah yang manghalangi laju perahu tersebut. Tidak hanya sampah yang mengganggu, bau dari sampah yang ada di sungai pun sangat tidak sedap dan kadang membuat para calon penumpang mengurungkan niatnya untuk naik waterway. Seharusnya, pemerintah membersihkan kali-kali yang menjadi jalur waterway terlebih dahulu dari sampah sehingga, pengoperasian waterway menjadi maksimal.
Di samping usaha pemerintah daerah DKI Jakarta yang menggalakan proyek-proyek untuk menciptakan angkutan massal yang mampu menyerap penumpang banyak, pemerintah DKI Jakarta sebenarnya sudah punya alternatif transportasi massal yaitu, kereta listrik atau KRL. Kereta di Jakarta sangat dimanfaatkan dengan baik oleh warga DKI Jakarta. Mereka yang bekerja di Bekasi, Depok, Tangerang atau daerah-daerah di sekitarnya, mereka bisa menggunakan jenis transportasi ini untuk berpergian. Hal yang kadang menjadi keluhan calon penumpang kereta adalah sering molor dari jadwal kedatangannya, itu yang kadang menjadikan calon penumpang memikirkan hal itu dua kali, belum lagi kondisi kereta yang pastinya penuh sesak dan penumpang di atas atap kereta yang kurang aman. Satu hal yang perlu dicermati dari semua ini adalah seharusnya pemerintah menambah jumlah gerbong-gerbong kereta ini agar penumpang lebih nyaman dan memilih kereta sebagai transportasi massal favorit mereka. Lalu, untuk menambah kenyamanan kaum hawa, Pemda DKI juga menyediakan kereta atau gerbong khusus wanita.
Transjakarta juga sekarang sudah mulai mendapatkan hati dari sebagian penduduk DKI Jakarta, karena tarif tiketnya yang cukup terjangkau. Tapi, bukan berarti tanpa keluhan, bus yang mempunyai jalur sendiri ini, terkadang jalurnya diambil oleh kendaraan bermotor lainnya dan akhirnya bus transjakarta juga terjebak macet. Di awal penggarapannya, transjakarta dianggap pemicu kemacetan karena mereka mengambil sebagian jalan untuk jalur transjakarta. Belum lagi yang membuat jengah adalah armada transjakarta yang masih dirasakan kurang oleh para penumpang sehingga penumpang harus menunggu lama di waktu transit hingga berjam-jam, dan sesak-sesakan yang tentu memicu tindak kriminal seperti, aksi copet, dan pelecehan seksual yang sering dialami wanita. Untuk meminimalisir tindak pelecehan seksual terhadap wanita, penyelenggara transjakarta pun sekarang memisah antrian pria dan wanita, tidak hanya antrian tapi, juga ruangan di dalam transjakarta dibagi dua, bagian depan untuk wanita dan bagian belakang untuk pria.
 Proyek pemerintah yang terbaru adalah MRT. Apa itu MRT? MRT adalah singkatan dari Mass Rapid Transit. Proyek ini diharapkan mampu mengangkut penumpang dengan jumlah yang banyak dan dengan waktu yang singkat sampai tujuan. MRT meliputi : BRT (Bus Rapid Transit), LRT (Light Rail Transit) yaitu kereta api rel listrik, yang dioperasikan menggunakan kereta atau gerbong pendek seperti monorel, dan Heavy Rail Transit yang memiliki kapasitas besar seperti kereta Jabodetabek yang ada saat ini. Manfaat dari MRT ini selain untuk mengurangi jumlah kemacetan dan penggunaan kendaraan pribadi, juga membuka lapangan pekerjaan yang mampu menyerap jumlah pekerja yang cukup banyak serta, mengurangi polusi udara yang disebabkan oleh banyaknya kendaraan pribadi. Namun, proyek ini masih sangat lama dapat kita rasakan karena MRT koridor pertama yang menghubungkan Lebak Bulus-Bundaran HI baru diperkirakan beroperasi pada tahun 2016.
Hal-hal lain penyebab kemacetan selain penggunaan kendaraan pribadi diantaranya, kredit untuk memiliki kendaraan bermotor yang mudah, lalu hadiah-hadiah dari suatu produk atau bank untuk memikat konsumen atau nasabah mereka menawarkan kendaraan pribadi sebagai hadiah, yang tidak kalah pentingnya adalah sekarang semakin banyak produk motor wanita sehingga sekarang pun wanita sudah banyak yang menggunakan kendaraan pribadi untuk berpergian, ini semua sedikit atau tidaknya berpengaruh dalam menambah kemacetan lalu lintas di DKI Jakarta, tidak hanya di DKI Jakarta tapi, di kota-kota besar lainnya.
Penulis juga berpendapat bahwa yang dapat ambil dari kasus kemacetan lalu lintas di DKI Jakarta adalah bagaimana mengurangi angka kemacetan yang terjadi di ibukota ini. Kita sebagai warga DKI Jakarta harus patuh dan taat pada setiap kebijakan pemerintah, gunakanlah kendaraan umum yang kalian anggap aman dan nyaman tapi, bukan berarti masyarakat Jakarta tidak boleh memiliki kendaraan pribadi, kita boleh memiliki kendaraan pribadi tapi, jangan menumpuk artinya satu keluarga bisa mempunyai dua hingga empat sepeda motor atau dua hingga tiga mobil di rumah. Contohlah Singapura, negara yang luasnya tidak lebih besar dari Jabodetabek, tapi sistem lalu lintas mereka lancar, karena jumlah kendaraan pribadi mereka dibatasi hanya satu per kepala keluarga.
Keismpulan yang dapat diambil penulis adalah arus perkembangan di era globalisasi ini tidak dapat dibendung, orang terus mencari bagaimana mobilitas mereka lebih cepat dan mudah serta, aman dan nyaman, juga pengefesienan waktu mereka dalam melakukan suatu pekerjaan tanpa terhalang lagi oleh waktu tempuh yang lama. Semoga proyek MRT atau program-program pemerintah lainnya dapat terlaksana dengan baik, dan berjalan sesuai keinginan semua pihak yang menginginkan Jakarta bebas dari kemacetan lalu lintas. Amien.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Terima Kasih..