Halaman

Andika Wiranata

Rabu, 18 Juli 2012

Contoh Feature


Beredarnya Kunci Jawaban UN

Dinda Zakya adalah seorang siswi kelas XII SMA di Kota Tangerang. Persiapan Dinda sebelum Ujian Nasional (UN) tentunya belajar dan mengikuti bimbingan belajar (bimbel) setelah jam sekolah berakhir. Dinda masih merasa kurang siap untuk mengikuti UN yang akan dilaksanakan pada tanggal 16 April 2012. Program studi Dinda di sekolah adalah ilmu pengetahuan sosial (IPS). Mata pelajaran yang akan diujikan seperti, matematika, bahasa Indonesia, bahasa Inggris, sosiologi, geografi, sejarah, dan ekonomi. Soal-soal tersebut tidak dibuat oleh guru sekolah Dinda melainkan dibuat oleh perwakilan guru sekolah se-Indonesia. Ujian Nasional akan dilaksanakan secara serempak oleh siswa kelas XII SMA di seluruh Indonesia pada hari senin hingga hari kamis.
Pembuat soal UN dengan cara demikian dinilai tidak adil oleh Dinda dan juga siswa lainnya. Dinda merasa cara guru mengajar di setiap sekolah selalu berbeda dan beragam. Tingkat kesulitan materi yang diajarkan pun tidak sama antara guru yang satu dan guru yang lainnya. Bahkan buku pelajaran yang digunakan sekolah-sekolah di Indonesia pun tidak sama walaupun inti yang disampaikan cenderung sama. Setiap sekolah berhak dan bebas menentukan buku apa yang sebaiknya digunakan untuk materi mata pelajaran bagi siswanya. Itulah sebabnya muncul bermacam-macam penerbit buku di Indonesia seperti, Grasindo, Grafindo, Yudishtira dan Erlangga. Tidak semua buku memaparkan dengan jelas materi pembahasan yang disajikan. Pemerintah pun sudah mecanangkan peminjaman buku gratis melalui program Biaya Operasional Sekolah (BOS). Buku yang dipinjamkan secara gratis oleh Pemerintah adalah BSE.
Sekolah Dinda juga menggunakan buku BSE untuk dipinjamkan kepada siswanya. Dinda dan teman-temannya banyak mengeluhkan kualitas buku tersebut. Para guru juga ikut mengeluhkan kualitas buku yang dipinjamkan Pemerintah tersebut. Disamping banyak materi yang kurang jelas, buku itu disajikan dengan tampilan seadanya sehingga kurang menarik minat para siswa untuk membacanya.
Banyak siswa yang menilai UN seharusnya tidak dijadikan syarat kelulusan sekolah. Kemampuan siswa menangkap informasi pelajaran tidak merata. Standarisasi sekolah di Indonesia pun tidak semuanya sama. Tidak adil rasanya kemampuan siswa di daerah terpencil harus disamakan dengan kemampuan siswa di Kota besar yang sudah maju seiring perkembangan IPTEK.  Dinda juga menambahkan bahwa jadwal UN terlalu cepat sehingga banyak guru yang terburu-buru dalam menyampaikan materi pelajaran. Alhasil siswa dan guru-guru lainnya hanya bisa terdiam dan mengukuti tuntutan Pemerintah beserta Menteri Pendidikan. Siswa bukan boneka yang dapat diberi perintah seenaknya. Dinda merasa tertekan atas tuntutan pemerintah menjadikan UN sebagai syarat kelulusan siswa.
Dinda dan siswa lainnya merupakan korban kelinci percobaan oleh Pemerintah. Para guru berpendapat sampai saat ini Pemerintah belum berhasil menemukan solusi terbaik untuk masalah pendidikan di Indonesia. Ketidakseriusan Pemerintah dalam menangani masalah pendidikan menjadi penyebab generasi penerus yang tidak berkualitas.
Beberapa tahun lalu para siswa beserta aktifis pendidikan sempat melakukan aksi menuntut agar UN tidak dijadikan syarat kelulusan siswa. Pemerintah tidak menghiraukan keluhan para siswa tersebut sehingga UN tetap dijadikan syarat kelulusan sampai saat ini.
Alhasil siswa pun mengambil tindakan curang untuk mengatasi masalah UN ini. Dinda mengakui adanya kecurangan dalam UN dalam bentuk kebocoran soal. Banyak siswa dan orang tuanya yang merasa tertekan dan takut anaknya tidak lulus UN. Para guru pun ikut mendukung tidakan siswanya, apabila siswa tidak lulus UN Pemerintah tidak akan mengadakan ujian ulang bagi mereka yang tidak lulus. Secara tidak langsung mereka harus mengikuti ujian paket C untuk mendapatkan ijazah setingkat SMA. Sia-sia mereka menghabiskan waktu belajar selama tiga tahun di SMA jika pada akhirnya mereka hanya mendapatkan ijazah paket C.
Jutaan rupiah yang harus dikeluarkan para orang tua untuk menyekolahkan anaknya akan terasa sia-sia apabila anak mereka dinyatakan tidak lulus sekolah. Dinda mengakui membeli kunci jawaban seharga Rp 70.000,00 bersama teman-teman satu sekolahnya. Orang tua Dinda pun mendukung tindakan anaknya tersebut.
Mekanisme beredarnya kunci jawaban bermula dari peluang bisnis orang dalam yang terlibat dalam pembuatan soal UN itu sendiri. Kunci jawaban ditawarkan dengan harga yang cukup mahal sekitar Rp 5.000.000,00 per paket soal. Mahalnya harga tidak mengurungkan niat siswa, mereka rela mengeluarkan ratusan ribu rupiah agar lulus UN. Siswa yang bertugas mengambil kunci jawaban akan mengkoordinir pembagian kunci tersebut di pagi hari. Dinda menerangkan kunci jawaban tersebut mulai tersebar jam 3  dini hari.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Terima Kasih..