Halaman

Andika Wiranata

Selasa, 17 Juli 2012

Pojok Esai 2

Infrastruktur Pendidikan di Merah Putih

Oleh : Andika Wiranata

Miris dan sedih kita rasakan ketika melihat sejumlah siswa dan siswi di Lebak, Banten, harus bertaruh nyawa karena mereka harus melintasi jembatan yang sudah ambruk, dengan merayap di kawat sling sisa jembatan yang masih ada. Mereka harus melalui itu, karena jalan itu yang mungkin paling cepat untuk mencapai sekolah tempat mereka menimba ilmu, sedangkan arus deras dari sungai di bawah jembatan itu siap menerkam mereka apabila mereka terpeleset dan terjatuh ke sungai. Tidak hanya di Banten, di Papua bahkan siswa harus berjalan puluhan kilometer dan melintasi sungai yang ada buayanya untuk mencapai sekolah mereka. Menyeramkan mereka harus mengalami kejadian seperti ini, mungkin orang tua mereka pun seperti tak rela membiarkan anak-anak mereka  bersekolah.
Kejadian ini ternyata tidak hanya hangat dibicarakan di dalam negeri tapi, sejumlah media massa di luar negeri juga membicarakan hal ini. Mereka melihat tayangan video yang menayangkan anak-anak menyeberangi jembatan yang sudah runtuh untuk pergi ke sekolah dan seakan tidak percaya di Indonesia terdapat hal yang semacam ini. Bahkan, mereka menyebut perjuangan anak-anak yang melintasi jembatan itu mirip bagian dari film di Indiana Jones. Di film tersebut ada bagian dimana sejumlah orang yang melintasi jembatan yang berbahaya demi mendapatkan harta karun, mungkin dalam kasus ini harta karun itu adalah ilmu.
Tidak hanya itu, banyak sekolah yang tidak layak huni di Indonesia. Atap yang hampir rubuh, ruangan kelas yang terbatas, bangunan sekolah yang keropos  atau lokasi sekolah yang terancam longsor, sungguh mengerikan apabila kita melihat hal ini semua. Sayangnya, pemerintah seakan menutup mata dan berpura-pura tidak tahu akan semua kejadian yang terjadi di dunia pendidikan. Entah apa yang terjadi di dalam dunia pendidikan kita, dimana semangat jiwa-jiwa muda yang ingin belajar terhalang oleh infrastruktur yang kurang memadai atau bahkan sangat tidak memadai.
Bahkan, ada sekolah yang bertahun-tahun sudah mengajukan perbaikan sekolah dengan meminta dana ke dinas pendidikan setempat, tidak juga direspon oleh pihak yang dituju. Pemerintah seakan mengabaikan soal pendidikan khususnya infrastruktur yang mendukung pendidikan. Mungkin yang paling miris di sejumlah daerah, ada sekolah yang tidak layak huni hanya beberapa kilometer dari kantor kecamatan atau dinas pemerintahan lainnya. Pejabat-pejabat itu seakan tidak pernah melihat tempat dimana mereka memimpin atau malah sengaja membiarkan hal itu terjadi.
Terakhir, pemerintah sekarang sedang menggaung-gaungkan pendidikan karakter yang pelaksanaannya masih di awang-awang. Seharusnya mereka jangan terlalu jauh memikirkan hal-hal yang masih sebatas wacana belaka. Mereka harusnya sering melihat tayangan televisi atau membaca surat kabar, dimana banyak diberitakan sekolah yang tidak layak dan permasalahan pendidikan lainnya. Tidak dipungkiri juga pemerintah terlalu sentral mengurusi perbaikan perekonomian dibandingkan perbaikan pendidikan, mereka sibuk untuk berupaya meningkatkan pendapatan per kapita, menarik investor asing untuk menanamkan modalnya di Indonesia dan menciptakan lapangan pekerjaan tapi, percuma menciptakan lapangan pekerjaan yang ternyata diisi oleh orang-orang asing juga sedangkan, warga pribumi hanya sebagai buruh dengan gaji yang seadanya, dan tentu saja penyebabnya adalah karena pendidikan mereka yang rendah.
Kemudian di saat gedung-gedung sekolah tidak layak pakai itu berusaha berdiri dan anak-anak “Indiana Jones” itu menyeberangi jembatan runtuh untuk ke sekolah, sejumlah anggota DPR sibuk dengan rencana merenovasi sejumlah ruangan kerja mereka yang menghabiskan dana ratusan juta mungkin sampai milyaran rupiah. Namun, itu yang jangka pendek, mereka sudah punya rencana jangka panjang untuk membuat gedung DPR baru lengkap dengan segala fasilitas mewah, dan sudah disetujui untuk dibangun.  Sungguh, apakah sudah tidak ada lagi kepekaan sosial di negeri ini, menghabiskan milyaran rupiah untuk suatu hal yang sebenarnya masih bisa mereka tunda sedangkan, anak-anak mereka yang jauh pedalaman Indonesia masih sangat butuh perhatian khususnya soal pendidikan.
Indonesia dengan dana anggaran pendidikan mencapai dua puluh persen dari APBN, seakan tidak terlihat dampaknya bagi pembangunan pendidikan di sejumlah daerah, program-program pendidikan yang dicanangkan pemerintah kurang terlihat dan kurang tersosialisasikan di daerah-daerah terpencil. Ketimpangan fasilitas penunjang di daerah dan di perkotaan sungguh telihat jelas. Harusnya pemerintah turun langsung dan cepat tanggap dalam menyelesaikan semua masalah di dunia pendidikan. Jangan hanya menunggu laporan palsu dari bawah yang terkesan “asal tuan senang”, sehingga melaporkan keadaan pendidikan di daerah-daerah baik-baik saja dan terlihat kondusif yang ternyata fiktif.
Dalam tulisan ini saya mencoba untuk mengkritisi kepekaan pejabat-pejabat negara dari bawah sampai yang paling tinggi, untuk sejenak berkaca tentang negerinya dan tidak mementingkan kepentingan pribadi. Bukan hanya sejenak melupakan kepentingan pribadi tapi, meninggalkan kepentingan pribadi demi membangun negeri ini, karena mereka adalah orang-orang yang dipilih. Mereka selalu berkata ada demoralisme atau penurunan moral khususnya di jiwa-jiwa pemuda kita, itu tidak lain karena kualitas pendidikan kita yang tidak kunjung membaik, harusnya mereka memikirkan dan melihat keadaan sekolah-sekolah di daerah dan sarana penunjangnya.
Akhirnya, dapat kita ambil sebuah kesimpulan bahwa dalam membangun suatu bangsa yang bermartabat diperlukan pendidikan yang berkualitas pula, yang paling mendasar adalah mungkin tempat belajar yang nyaman dan tidak membuat orang tua harus deg-degan ketika melepas anak-anak mereka pergi sekolah karena jalan menuju sekolah terdapat banyak bahaya, dan anak-anak mereka pun tenang karena ruangan tempat mereka belajar tidak menyimpan suatu bahaya yang mungkin bisa menimpa mereka setiap saat. Kita semua berharap dapat saling membantu dan mewujudkan hal ini demi kemajuan pendidikan negeri ini. Semoga.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Terima Kasih..