Halaman

Andika Wiranata

Selasa, 17 Juli 2012

Pojok Esai 4

Menghilangnya Lagu Anak-Anak
Oleh : Andika Wiranata

Memasuki perubahan zaman, waktu demi waktu terus berganti dan tidak ada yang bisa menahan perubahan itu. Semua terasa ekstrem ketika ada segelintir orang yang hidup di beberapa zaman lalu atau zaman sebelum Indonesia merdeka dan mereka masih hidup sampai sekarang, mereka tentu sangat merasakan perubahan itu.
Pergeseran norma dan nilai di dalam masyarakat pun menjadi hal biasa. Saking mudah dan gampangnya orang mengakses informasi tanpa disertai filter ekstern dan intern tentu akan membuat seseorang terjerumus pada sebuah lubang yang salah. Apalagi sekarang anak-anak pun denagn mudah mengakses informasi juga melalui internet. Mereka juga telah mengenal baik benda yang bernama komputer.
Berbicara mengenai perubahan, disini tentu kita akan mengenang perbedaan yang besar antara masa kecil yang kita lalui dulu dengan masa kecil yang dilalui oleh adik-adik kita sekarang. Mereka hidup di zaman teknologi yang semua serba mudah. Namun, memang tidak semuanya berubah tapi, ada pula hal yang dirasakan hilang, apabila kita yang sudah dewasa ini, melihat masa kecil adik-adik kita saat ini.
Mereka kehilangan senandung-senandung bertema kecerian, yang pada akhir tahun 90-an sangat bergema yaitu, lagu anak-anak. Tentu kita tahu yang sudah dewasa ini, pengarang lagu anak yang terkenal seperti, Papa T. Bob, Pak Kasur, Ibu Sud, dan A.T. Mahmud. Sekarang lagu anak-anak benar-benar berkurang dan mulai hilang dari peredaran walaupun ada, sifatnya tidak membooming seperti di akhir tahun 90-an. Tentu kita masih ingat lagu ciptaan dari Ibu Sud, Pak Kasur, dan A.T. Mahmud.
Ibu Sud dengan lagu berjudul Lihat Kebunku, Burung Kutilang, Menanam Jagung, Naik Delman, dan lain-lain. Lalu ada Pak Kasur dengan Selamat Pagi Bu Guru, Kucingku, dan yang paling akrab di telinga kita adalah Topi Saya Bundar. Selanjutnya ada A.T. Mahmud yang juga menciptakan banyak lagu anak-anak, seperti, Paman Datang, Bintang Kejora, Aku Anak Indonesia, dan masih banyak lagi. Belum lagi lagu anak-anak seperti, Nina Bobo, Bangun Tidur, Bunda Piara, Cicak di Dinding, Kelinciku, dan Naik Kereta Api yang pengarang lagunya tidak diketahui.
Lagu-lagu itu terus kita nyanyikan semenjak kita masih anak-anak. Kita pun masih bisa melihat penyanyi anak-anak yang sekarang sudah menjadi dewasa seperti, Joshua yang terkenal dengan lagu Diobok-obok, Tina Toon dengan lagu Bolo-bolo, lalu ada juga Sherina, dan Agnes Monica yang fenomenal.
Keadaan sekarang tentu berbeda dengan dahulu. Dulu orang membuat lagu anak-anak dengan lirik “anak-anak” dan berorientasi benar-benar untuk anak-anak. Sekarang anak-anak dijadikan lahan untuk menambah penghasilan orang tuanya yang juga musisi dengan dalih untuk kembali menghidupkan lagi lagu anak-anak dengan vokal anak mereka sendiri, liriknya dan iramanya pun kurang sesuai dengan anak-anak, terlalu keras untuk anak-anak.
Lagu anak-anak seiring dengan tumbuh pesatnya industri musik kita, lagu anak-anak tersebut seakan terganti oleh lagu-lagu musisi band, boyband dan girlband, dangdut, dan ironisnya lagu-lagu dengan lirik dewasa inilah yang sekarang kita dengar dari senandung riang anak-anak yang mereka sendiri pun belum tentu tahu makna dari lirik lagu tersebut.
Kita juga tidak bisa menyalahkan anak kecil di zaman sekarang yang lebih senang menyanyikan lagu-lagu tersebut ketimbang lagu anak-anak yang sudah tidak ada lagi pembaharuan. Mungkin karena kreativitas orang-orang di zaman sekarang lebih berorientasi kepada uang, mereka memilih mengarang lagu untuk orang dewasa yang lebih menguntungkan, ketimbang untuk anak-anak.
Padahal anak-anak seharusnya menyanyikan lagu yang pantas dengan umur mereka dengan lirik yang sesuai dengan jiwa anak-anak yang ceria dan gembira, bukan dengan lirik sedih, galau, mendayu-dayu atau soal percintaan yang anak-anak pun sejatinya tidak mengerti arti dari lirik tersebut. Terkadang anak-anak juga kurang diperkenalkan lagi lagu anak-anak di lingkungan sekolah dan orang tua pun di rumah sibuk menyetel lagu dewasa atau dangdut.
Anak-anak karena lebih suka mendengarkan lagu-lagu dewasa, mereka juga melihat penampilan penyanyinya yang terkadang dengan pakaian yang kurang sopan untuk dilihat oleh anak-anak, anak-anak malah juga ikut mengikuti pakaian si penyanyi.
Lagu-lagu anak-anak menjadi minoritas. Perlu ada kreativitas dari generasi muda kita yang yang harus mengangkat kembali pamor lagu anak-anak agar mempunyai tempat di hati adik-adik kita. Sampai sekarang masih kita tunggu orang-orang penerus dari Ibu Sud, Pak Kasur, dan Pak A.T. Mahmud untuk menciptakan lagu anak-anak yang berkualitas. Beberapa musisi dan pencipta lagu pun sudah mulai sadar akan terpuruknya lagu-lagu anak-anak, mereka membuat lagu anak-anak atau menginstrumen ulang lagu anak-anak dengan aliran musik mereka, yang sebenarnya agak kurang masuk di telinga anak kecil, dan terkesan apa adanya serta, kurang mendapatkan respon yang baik dari anak-anak itu sendriri. Namun, usaha mereka tetap harus kita dukung demi kembalinya lagu anak-anak dalam peredaran musik di Indonesia.Semangat!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Terima Kasih..